Profil
Data
Pokok
Nama : H. Djoko Santoso
Pangkat : Jenderal TNI (Purn)
Tempat/Tanggal
Lahir : Solo, 8 September 1952
Agama : Islam
Keluarga
Istri : Angky Retno Yudianti
Anak : Andika Pandu Puragabaya(L)
dan Ardya Pratiwi Setyawati(W)
Ayah : Djoko Soedjono (alm)
Ibu : Sulani (alm)
Pendidikan
umum
1. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1
Surakarta
2. Sarjana S-1 FISIP di Universitas Terbuka, Jakarta(1994)
3. Pascasarjana S-2 Manajemen di Universitas Terbuka, Jakarta
(2000)
Pendidikan
militer
1. Akademi Militer (AKMIL) tahun 1975
2. Kursus Dasar Kecabangan Infantri (SUSSARCABIF), tahun 1976
3. Kursus Lanjutan Perwira Tempur (SUSLAPAPUR), tahun 1987
4. Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (SESKOAD), tahun 1990
5. Lembaga Pertahanan Nasional (LEMHANAS), tahun 2005
Masa dinas
1975
- 2010
Kepangkatan
1. Letnan Dua (LETDA), 1975
2. Letnan Satu (LETTU), 1978
3. Kapten, 1981
4. Mayor, 1988
5. Letnan Kolonel (LETKOL), 1991
6. Kolonel, 1995
7. Brigadir Jenderal (BRIGJEN), 1998
8. Mayor Jenderal (MAYJEN), 2001
9. Letnan Jenderal (LETJEN), 2003
10. Jenderal, 2005
Jabatan militer
1. DANTON-I/A/121/II (1976)
2. ADC PANGDAM I/Bukit Barisan (1978)
3. ADC PANGKOSTRAD (1980)
4. DANKI-A YONIF 502 (1980)
5. KASI-2/OPS YONIF LINUD 502
(1983)
6. KASIPAM DISPAMSANAD (1987)
7. WAKIL KOMANDAN YONIF
LINUD-328/Kostrad (1988)
8. PS. DANYONIF LINUD-330/Kostrad
(1990)
9. KOMANDAN YONIF LINUD-330/Kostrad (1990)
10. Anggota DPR/MPR RI (1992)
11. ASSOSPOLDAM JAYA (1995)
12. KOMANDAN KOREM
072/Pamungkas (1997)
13. WAASSOSPOL KASSOSPOL ABRI (1998)
14. WAASSOSPOL KASTER ABRI (1998)
15. KEPALA STAF KODAM
IV/Diponegoro (2000)
16. PANGLIMA DIVISI INFANTERI-2/Kostrad (2001)
17. PANGDAM XVI/Pattimura (2002)
18. PANGDAM JAYA (2003)
19. Wakil Kepala Staf TNI-AD (2003)
20. Kepala Staf TNI-AD (2005-2007)
21. PANGLIMA TNI (2007-2010)
Penugasan
Operasi Seroja (1976, 1981, 1988)
Bintang jasa
Dalam negeri
1. SATYALANCANA
SEROJA
2. SATYALANCANA
KESETIAAN XXIV TAHUN
3. BINTANG YUDHA DHARMA PRATAMA
4. BINTANG KARTIKA EKA PAKSI
PRATAMA
5. BINTANG YUDHA DHARMA NARARYA
6. BINTANG DHARMA
7. BINTANG KARTIKA EKA PAKSI
NARARYA
8. BINTANG BHAYANGKARA UTAMA
9. BINTANG KATIKA EKA PAKSI UTAMA
Luar negeri
1. PINGAT JASA GEMILANG (SINGAPURA)
2. SWA BHUWANA PAKSA UTAMA
3. JALASENA UTAMA
4. THE KNIGHT GRAND CROSS OF
THE MOST NOBLE ORDER OF THE CROWN OF THAILAND, DISTINGUISHED SERVICE ORDER (THAILAND)
5.DARJAH PADUKA KEBERANIAN
LAILA TERBILANG YANG AMAT GEMILANG DARJAH PERTAMA (BRUNEI)
6.PAHLAWAN GAGAH ANGKATAN
TENTERA (MALAYSIA)
Organisasi
1. Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Indonesia/PBSI (Desember 2012)
2. Ketua Umum Dewan Penasehat PBSI (2012 – 2016)
3. Anggota Dewan
Pengarah Lemhanas RI
4. Anggota Dewan Penyantun
Universitas Presiden
5. Ketua Dewan Pembina Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia/IPHI
6. Ketua Dewan
Pembina Forum Sekretaris Desa Indonesia (Forsekdesi)
7. Lembaga Insan
Indonesia Sejahtera (LIIS)
8. Ketua Dewan Penasehat Pandu Petani Indonesia (PATANI)
9. Federasi Pekerja
Informal Indonesia
10. Pendiri, Penasehat serta Pembina Strategic Study Center sebagai Keluarga
11. Ketua Dewan Pembina
Gerakan Indonesia ASA (Adil, Sejahtera, Aman)
Riwayat Hidup Singkat
Sebagian kalangan menilai bahwa Djoko Santoso adalah
figur seorang jenderal yang cenderung perfeksionis. Mungkin ini ada benarnya, terlihat
dari penampilan dan kepimpinannya yang sedikit hati-hati, kalem, low profile,
bersahaja tapi tegas dan menginginkan segalanya berjalan sesempurna mungkin.
Selain itu, perwira tinggi kebapakan ini juga luwes dalam pergaulan sehari-hari.
Setelah menempati berbagai pos kepimpinan di tubuh TNI, dia kemudian dipercaya
menjadi Kasad yang diembannya sejak awal tahun 2005 hingga sekarang.
Jenderal TNI Djoko Santoso, lahir di Solo, Jawa
Tengah, 8 September 1952. Lulusan Akabri (1975) ini berpengalaman di lingkungan
intelijen negara yang memang secara karakter tidak boleh high profile. Alumni
Seskoad (1990) ini lebih banyak bertugas di lingkungan direktorat dan intelijen
strategis pertahanan luar negeri. Sehingga eksposenya sangat minim.
Sejak menjabat Kasdam IV/Diponegoro (2000), suami
dari Angky Retno Yudianti, ini dipercaya menjabat Waassospol Kaster TNI (1998).
Kemudian, menjabat Pangdivif 2 Kostrad (2001). Lalu menjabat Pangdam
XVI/Pattimura dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam)
2002-2003 dan diteruskan menjadi Panglima Kodam (Pangdam) Jaya, Mei - Oktober
2003.
Karakter penugasan sarjana (S1) FISIP (1994) dan S2
Manajemen (2000) ini kembali menuntut sikap low profile saat dipercaya menjabat
Wakil Kepala Staf TNI AD 2003-2005. Tugas seorang Wakasad adalah berada di
belakang layar sebagai penyedia semua kebutuhan-kebutuhan opersional dari KASAD.
Kemudian pada tanggal 18 Februari 2005, Ia dilantik menjadi KSAD, menggantikan
Ryamizard Ryacudu.
Sebelum dilantik, KSAD Jenderal Djoko Santoso
diusulkan menjabat Panglima TNI menggantikan Marsekal Djoko Suyanto. Usulan itu
tertuang dalam Surat Presiden SBY No.65 yang diajukan ke pimpinan DPR. Surat
itu diterima oleh Ketua DPR.
Selanjutnya, surat presiden itu dibacakan di rapat
paripurna DPR. Badan Musyawarah DPR menugaskan Komisi I yang membidangi masalah
pertahanan untuk melakukan uji kelayakan dan kepatutan. Kemudian dalam sidang
paripurna DPR menyetujui calon yang diajukan Presiden untuk dilantik sebagai Panglima
TNI.
Jenderal Djoko Santoso dikenal dekat dengan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Bagi kalangan HAM, Djoko Santoso juga praktis tidak
tercela. Dia diyakini tidak terkait dengan masalah-masalah pelanggaran HAM
besar seperti tragedi Mei, Semanggi dan Timor-Timor yang hingga sekarang masih
menjadi misteri di negeri ini. Djoko Santoso juga tidak ada kaitan dengan
masalah bisnis, perusahaan dan yayasan TNI yang sering menimbulkan persoalan
nasional.
Ayah dua orang anak (Andika Pandu dan Ardya Pratiwi
Setyawati) ini dilantik menjadi Wakil Kepala Staf TNI AD (Wakasad) menggantikan
Letjen TNI Darsono, Msc yang memasuki masa pensiun pada 31 Oktober 2003.
Jabatan Pangdam Jaya yang ditinggalkannya diisi oleh Mayjen TNI Agustadi SP,
yang sebelumnya menjabat Pangdam XVI/Pattimura.
Promosi ini tertuang dalam Surat Keputusan Panglima
TNI Jenderal TNI Endriartono Sutarto tanggal 24 Oktober 2003. Dalam surat keputusan
itu sekaligus terjadi perubahan jabatan atas 120 Perwira Tinggi dan Perwira
Menengah di lingkungan Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas), Departemen Pertahanan,
Fraksi TNI/POLRI DPR RI, Dewan Pertahanan Nasional, Mabes TNI, Mabes TNI AD,
Mabes TNI AL dan Mabes TNI AU.
Di antaranya Jenderal TNI Tyasno Sudarto pensiun
dari pos terakhirnya sebagai Perwira Tinggi di Mabes TNI, Komando Sekolah
Komando TNI Letjen Djadja Suparman, SIP dimutasi jadi Inspektur Jenderal TNI (Irjen
TNI). Mayjen Mahidin Simbolon menjadi Inspektur Jenderal TNI AD (Irjenad).
Pangdam II/Sriwijaya Mayjen Sunarso menjadi Pangdam
IV/Diponegoro. Kasdam II/Sriwijaya Brigjen Syahrial BPP dipromosikan menjadi
Pangdam II/Sriwijaya. Kepala Staf Divisi I Kostrad Brigjen Bambang Suranto mengisi
Pos Kasdam II/Sriwijaya yang ditinggalkan Brigjen Syahrial BPP.
Dalam suatu upacara militer di Makodam Jaya, Kepala
Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu melantik Mayjen Djoko
Santoso sebagai Pangdam Jaya menggantikan Mayjen A Yahya.
Pelantikan Pangdam Jaya itu dihadiri para mantan
Pangdam Jaya, seperti Try Sutrisno, Surjadi Soedirdja, Wiranto, Sutiyoso, dan
Djadja Suparman. Juga dihadiri mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto di
samping para perwira teras TNI AD lainnya.
Kiprah alumni Akademi Militer (1975) ini sebelumya memang
tidak banyak terdengar. Maklum, hal itu disebabkan oleh penugasannya yang lebih
banyak berhubungan dengan masalah intelijen yang memang dituntut untuk
berkarakter pendiam dan jarang sekali diekspos. Namanya kemudian mulai berkibar
setelah menjabat Pangdam XVI/Pattimura, sekaligus Panglima Komando Operasi
Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) 2002-2003 yang berhasil gemilang meredang
konflik di Maluku menggantikan pejabat lama Brigjen Moestopo. Pengangkatannya
menjadi Pangdam XVI/Pattimura tertuang dalam Surat Keputusan Panglima TNI No
388/V/2002 tertanggal 27 Mei 2002.
Komando Pengendalian Koopslihkam di Maluku itu
langsung di bawah Penguasa Darurat Sipil (PDS) Maluku ketika itu. Dia
bertanggung jawab kepada PDS Maluku. Tugas utama Kodam Pattimura ketika itu adalah
untuk membantu menyelesaikan konflik. Pembentukan Koopslihkam yang dipimpin Pangdam
XVI/Pattimura itu membawahi Satgas Keamanan dan Satgas Penegakan Hukum yang
terdiri dari TNI dan Polri.
Sebagai Pangdam XVI/Pattimura dan Pangkoopslihkam,
dia dinilai menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, sehingga dia
mendapat promosi menjadi Pangdam Jaya. Dia digantikan Mayjen TNI Agustadi SP,
yang kemudian menggantikannya pula menjabat Pangdam Jaya Maret – Oktober 2003.
Djoko Santoso adalah lulusan Akabri 1975, teman
seangkatan Pangdam VII/Wirabuana Mayjen Amirul Isnaeni (akan dimutasi menjadi
Pangdam IV/Diponegoro) dan Brigjen Hartono Suratman (Wakapuspen TNI). Saat ini,
Mayjen Djoko Santoso masih menjabat Pangdam XVI/Pattimura, dan penggantiannya adalah
Mayjen Agustadi.
Sedangkan Mayjen A Yahya akan ditarik ke Mabes TNI
AD sebagai Irjen TNI AD. Jabatan strategis lainnya adalah Kasdam Jaya dan Kordinator
Staf Ahli KSAD. Kordinator Staf Ahli KSAD Tyasno Sudarto menjadi Pangdam VII/Wirabuana.
Satu-satunya tokoh TNI AD yang menjadi Wakasad dan
Kasad pada urutan yang sama adalah Jenderal Djoko Santoso. Perwira yang
dibesarkan di intelijen negara ini menjabat sebagai Wakasad ke-24 menggantikan
pendahulunya, Letjen Darsono, MSC yang memasuki masa pensiun pada 31 Oktober 2003.
Selanjutnya, ayah dari dua anak ini diangkat menjadi Kasad ke-24 menggantikan
Jenderal Ryamizard Ryacudu pada 18 Februari 2005.
Suami dari Angky Retno Yudianti ini terlahir dengan
nama Djoko Santoso dari keluarga guru di Solo (Jawa Tengah), 8 September 1952.
Lahir sebagai anak pertama dari 9 orang bersaudara memaksa Djoko Santoso harus
melewati masa kecil dengan hidup penuh keprihatinan. Ditambah lagi dengan
kondisi keuangan orang tuanya yang hanya mengandalkan gaji almarhum ayah
sebagai seorang guru SMA. Dapat dibayangkan, betapa keseharian Djoko Santoso
kecil bukanlah sebuah masa kanak-kanak yang menggembirakan, tapi penuh
kesulitan. Namun, kondisi itu justru telah memberikan pelajaran hidup terbaik
bagi Sang Jenderal untuk menempa dirinya sebagai pejuang. Kerja keras dan
belajar sungguh-sungguh adalah bagian dari cerita perjuangan hidupnya dari
kecil hingga saat ini. Tidak ada suatu masa pun yang dilewati dengan hanya
bersantai-santai, apalagi berhura-hura.
Saat ini, Jenderal penerima tanda penghargaan Pingat
Jasa Gemilang dari Singapura itu telah menjalankan tugasnya di tampuk kepemimpinan
TNI AD selama lebih dari 2,5 tahun. Mengemban tugas memimpin institusi TNI AD
di masa reformasi ini cukup sulit, menahkodai sebuah organisasi yang sedang
mereformasi diri dan mengarahkan perannya kepada TNI yang profesional,
pengemban tugas menjaga kedaulatan negara dan keutuhan bangsa Indonesia, lepas
dari kehidupan dunia politik. Sampai pada titik ini, Djoko Santoso yang juga penyandang gelar Master
dari Pasca-sarjana S-2 Manajemen ini dinilai berhasil, baik dalam karir militer
maupun dalam kepemimpinannya sebagai KASAD.
SUMBER:
http://djokosantoso.info
http://www.tokohindonesia.com
http://id.wikipedia.org