Jumat, 11 Januari 2013

Artikel Pengembangan Sistem Informasi Manajemen




Pendahuluan
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen di lakukan melalui beberapa tahap-tahap:
Tahap awal dari pengembangan sistem umumnya di mulai dengan mendeskripsikan kebutuhan pengguna dari sisi pendekatan sistem rencana strategis yang bersifat makro dan penjelasan rencana strategis serta kebutuhan organisasi jangka menengah dan jangka panjang.Lazimnya untuk periode 3 sampai 5 tahun. Masukan (input) utama yang dibutuhkan dalam tahap ini, antara lain:
§  Kebutuhan strategis organisasi
§  Aspek legal pendukung organisasi
§  Masukan kebutuhan dari pengguna
Berikut ini penjelasan rencanaan sistem strategis:
§  Visi dan MisiStrategi pengembangan sistem membutuhkan keputusan politis dari pimpinan tertinggi yang telah dijelaskan dalam strategis aktivitas organisasi.
§  Analisis Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi serta Analisis Kompetensi  Analisis tugas pokok dan fungsi organisasi akan mengarah pada seberapa jauh pencapaian kinerja organisasi dapat dicapai dengan menggunakan trend-trend penting, resiko-resiko yang harus dihadapi dan potensi peluang yang dimiliki. Sedangkan, Analisis kompetensi akan memberikan gambaran yang lengkap mengenai efektivitas organisasi yang dapat dilihat dari empat hal, yaitu:
1.      Sumberdaya
2.      Infrastruktur
3.      Produk layanan/Jasa
4.      Kepuasan pelanggan/Masyarakat yang dilayani.
Tahap-Tahap Pengembangan Sistem
Pengembangan Sistemterdiri dari tahap-tahap berikut:

1.      Tahap PerencanaanTahap ini merupakan suatu rangkaian kegiatan sejak ide pertama yang melatarbelakangi pelaksanaan pengembangan sistem tersebut. Dalam tahap perencanaan pengembangan sistem harus mendapatkan perhatian yang sama besarnya dengan merencanakan proyek-proyek besar lainnya, seperti: perencanaan pengadaan perangkat jaringan teknologi informasi (TI), rencana membangun gedung kantor 15 tingkat.Keuntungan-Keuntungan yang diperoleh jika proyek pengembangan sistem informasi direncanakan secara matang, meliputi:

§  Ruang lingkup proyek dapat ditentukan secara jelas dan tegas. Unit organisasi kegiatan ataupun sistem yang mana yang akan dilibatkan dalam pengembangan ini dan unit mana yang tidak akan dilibatkan. Informasi ini dapat memberikan perkiraan awal besarnya sumber daya yang diperlukan.
§  Dapat mengidentifikasi wilayah/area permasalahan potensial. Perencanaan yang mungkin bisa terjadi suatu kesalahan, sehingga bias dapat dicegah sejak awal.
§  Dapat mengatur urutan kegiatan. Banyak sekali tugas-tugas terpisah, Maka agar dapat berjalan secara bersamaan diperlukan untuk pengembangan sistem. Tugas-tugas ini diatur dalam urutan logis berdasarkan prioritas informasi, kebutuhan, dan efisiensi.
§  Tersedianya sarana pengendalian. Tingkat pengukuran kinerja harus dipertegas sejak awal.
2.      Tahap AnalisisAda dua aspek yang menjadi fokus tahap ini, yaitu:

                I.            Aspek Bisnis atau Manajemen mempelajari karakteristik organisasi yang bersangkutan. Tujuan dilakukannya langkah ini,yaitu:
§  Untuk mengetahui posisi atau peranan teknologi informasi yang paling sesuai dan relevan di organisasi.
§  Untuk mempelajari fungsi-fungsi manajemen dan aspek-aspek bisnis terkait yang akan berpengaruh terhadap proses desain, konstruksi, dan implementasi.
             II.            Aspek Teknologi
Selama tahap analisis, sistem analis terus bekerjasama dengan manajer dan komite pengarah SIM terlibat dalam kegiatan yang penting sebagai berikut:

§  Menetapkan rencana penelitian sistem.
§  Mengorganisasikan tim proyek.
§  Mendefinisikan kebutuhan informasi.
§  Mendefinisikan kriteria kinerja sistem.
§  Menyiapkan usulan rancangan sistem.
§  Menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan sistem.
Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah-masalah penting yang harus segera ditangani, penyebab analisis dan dampak permasalahan bagi organisasi, pemecahan masalah dengan kemungkinannya dan dampak risiko serta potensinya, dan solusi alternatif yang direkomendasikan.
3.      Tahap Perancangan/DesainPada tahap ini, tim teknologi informasi bekerja sama dengan tim bisnis atau manajemen melakukan perancangan komponen-komponen sistem terkait. Tim teknologi informasi akan melakukan perancangan teknis dari teknologi informasi yang akan dibangun, seperti: sistem basis data, jaringan komputer, teknik konversi data, metode migrasi sistem, dan sebagainya. Sementara itu, secara paralel dan bersama-sama tim bisnis atau manajemen dan tim teknologi informasi akan melakukan perancangan terhadap komponen-komponen organisasi yang terkait, seperti: yang akan berpengaruh atau memiliki dampak tertentu terhadap proses desain, konstruksi, dan implementasi.
4.      Tahap Pembangunan Fisik/KonstruksiBerdasarkan desain yang telah dibuat, tahap konstruksi pengembangansistem yang sesungguhnya telah dibangun. Tim teknis merupakan tulang punggung pelaksanaan tahap ini, mengingat semua hal yang bersifat konseptual harus diwujudkan dalam suatu konstruksi teknologi informasi dalam skala yang lebih detail. Dari semua tahapan yang ada, tahap konstruksi inilah yang biasanya paling banyak melihatkan sumber daya terbesar, terutama dalam hal penggunaan SDM, biaya, dan waktu. Pengendalian terhadap manajemen proyek pada tahap konstruksi harus diperketat agar penggunaan sumber daya dapat berjalan efektif dan efisien. Bagaimanapun, hal ini akan berdampak terhadap keberhasilan proyek sistem informasi yang diselesaikan secara tepat waktu. Akhir dari tahap konstruksi ini biasanya berupa uji coba atas sistem informasi yang baru dikembangkan.
5.      Tahap ImplementasiTahap implementasi merupakan tahap yang paling kritis karena untuk pertama kalinya sistem informasi akan dipergunakan di dalam organisasi. Ada berbagai pendekatan untuk implementasi sistem yang baru didesain. Pekerjaan utama dalam implementasi sistem biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut:
§  Merencanakan waktu yang tepat untuk implementasi.
§  Mengumumkan rencana implementasi.
§  Mendapatkan sumberdaya perangkat keras dan lunak.
§  Menyiapkan database.
§  Menyiapkan fasilitas fisik.
§  Memberikan pelatihan dan workshop.
§  Menyiapkan saat yang tepat untuk peralihan sistem.
§  Penggunaan sistem baru.
Pemberian pelatihan (training) harus diberikan kepada semua pihak yang terlibat sebelum tahap implementasi dimulai. Selain untuk mengurangi resiko kegagalan, pemberian pelatihan juga berguna untuk menanamkan rasa memiliki terhadap sistem baru yang akan diterapkan. Dengan cara ini, seluruh jajaran pengguna akan dengan mudah menerima sistem tersebut dan memeliharanya dengan baik di masa yang akan mendatang.
6.      Tahap Pasca ImplementasiPengembangan sistem informasi biasanya diakhiri setelah tahap implementasi dilakukan. Namun, ada satu tahapan lagi yang harus dijaga dan diperhatikan oleh manajemen, yaitu tahap pasca implementasi.
Kegiatan yang dilakukan di tahap pasca implementasi adalah bagaimana pemeliharaan sistem akan dikelola.Seperti halnya sumber daya yang lain, sistem informasi akan mengalami perkembangan di kemudian hari, seperti: perubahan sistem, berpedoman ke sistem lain, perubahan hak akses sistem, dan penanganan terhadap fasilitas pada sistem yang rusak. Disinilah diperlukan dokumentasi yang memadai dan pemindahan pengetahuan dari pihak penyusun sistem ke pengguna untuk menjamin terkelolanya dengan baik proses-proses pemeliharaan sistem.
Dari perspektif manajemen, tahap pasca implementasi adalah berupa suatu aktivitas di mana harus ada personil yang dapat melakukan perubahan terhadap sistem informasi yang sejalan dengan perubahan kebutuhan bisnis yang dinamis.
Metode Pengembangan Perangkat Lunak
Metode-Metode pengembangan perangkat lunak pada dasarnya dibedakan menjadi dua, antara lain:
1.      Metode fungsi data (function data methods)  Pada intinya, metode fungsi data memberlakukan fungsi dan data secara terpisah. Metode ini dapat membedakan fungsi dan data. Fungsi pada prinsipnya adalah aktif dan memiliki perilaku, Sedangkan data adalah pemegang informasi pasif yang dipengaruhi oleh fungsi. Sistem biasanya dipilah menurut fungsi, di mana data dikirim di antara fungsi-fungsi tersebut. Fungsi kemudian dipilah lebih lanjut dan akhirnya diubah menjadi kode sumber (program computer). Sistem yang dikembangkan dengan metode fungsi data sering sulit pemeliharaannya. Kendala-kendala yang sering dihadapi dengan metode fungsi data antara lain:
§  Seluruh fungsi harus paham bagaimana data disimpan. Dengan kata lain, fungsi harus paham struktur datanya. Seringkali, dalam hal-hal tertentu tipe data yang berbeda memiliki format data yang sangat berbeda.
§  Manusia secara alami tidak berfikir secara terstruktur. Dalam kenyataannya, spesifikasi kebutuhan biasanya diformulasikan dalam bahasa manusia.
2.      Metode berorientasi objek (object-oriented methods) Metode berorientasi objek memberlakukan fungsi dan data secara ketat sebagai satu kesatuan. Metode berorientasi objek mencoba menstrukturkan sistem dari item-item yang ada dalam domain masalah. Metode ini biasanya sangat stabil dan perubahannya sangat sedikit Perubahan yang terjadi biasanya mempengaruhi hanya satu atau sedikit hal tertentu, yang artinya perubahan yang dibuat hanya terjadi secara lokal di sistem.

Referensi
G. Davis and M. Olson, Management Information Systems, 1984, 56.
G.A. Gorry and M.S. Scott, A Framework for Management Information Systems, Sloan Management Review, 13(1), Fall 1971, 5570.
      P.G.W. Keen, MIS Research: Reference Disciplines and A Cummulative Tradition, Proceedings of the First International Conference on Information Systems, E. Mc Lean (ed.), 1980, 918.
      J. Fedorowitz, Are There Barbarian at the Gates of Information Systems?, Panel 9 at International Conference on Information Systems, 1996.
      G. Davis, Information Systems Conceptual Foundations: Looking Backward and Forward, Organizational and Social Perpectives on Information Technology, R.L. Baskerville et. al. (eds), 2000, 6182.
      W. J. Orlikowski and C.S. Iacono, Research Commentary: Desperately Seeking the ”IT” in IT Research A Call to Theorizing the IT Artifact.
      I. Benbasat and R.W. Zmud, The Identity Crisis Within The IS Discipline: Defining and Communicating The Discipline Core Properties, MIS Quarterly, 27(2), June 2003, 183194.
      R.M. SamikIbrahim, M3: Potensi Masalah Dari Dunia Ketiga, 2002, per 17 Nov.
      N. Bruell, Exporting Software from Indonesia, EJISDC, 2003, 13(7), 19.
         R.L. Baskerville and M. D. Myers, Information Sistems as A Reference Discipline, MIS Quarterly, 26(1), March 2002, 114.
         A.B. Whinston and X. Geng, Operationalizing the Essential Role of the Information Technology Artifact in Information Systems Research: Gray Area, Pitfalls, and the Importance of Strategic Ambiguity.
         K. Lyytinen, ed. al., Making Information Systems Research More Relevant: Academic and Industry Perspectives, Proceedings of the First International Conference on Information Systems, P De, et. al. (ed.), 1999, 574577.


Tidak ada komentar: