Senin, 12 Mei 2014

Profil Lengkap Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso

Profil


Data Pokok
Nama : H. Djoko Santoso
Pangkat : Jenderal TNI  (Purn)
Tempat/
Tanggal Lahir : Solo, 8 September 1952
Agama : Islam

Keluarga
Istri : Angky Retno Yudianti
Anak : Andika Pandu
Puragabaya(L) dan Ardya Pratiwi Setyawati(W)
Ayah : Djoko Soedjono (alm)
Ibu : Sulani (alm)

Pendidikan umum
1. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Surakarta
2. Sarjana S-1 FISIP di Universitas Terbuka, Jakarta(1994)
3. Pascasarjana S-2 Manajemen di Universitas Terbuka, Jakarta (2000)

Pendidikan militer
1. Akademi Militer (AKMIL) tahun 1975
2. Kursus Dasar Kecabangan Infantri (SUSSARCABIF), tahun 1976
3. Kursus Lanjutan Perwira Tempur (SUSLAPAPUR), tahun 1987
4. Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (SESKOAD), tahun 1990
5. Lembaga Pertahanan Nasional (LEMHANAS), tahun 2005

Masa dinas
1975 - 2010

Kepangkatan
1. Letnan Dua (LETDA), 1975
2. Letnan Satu (LETTU), 1978
3. Kapten, 1981
4. Mayor, 1988
5. Letnan Kolonel (LETKOL), 1991
6. Kolonel, 1995
7. Brigadir Jenderal (BRIGJEN), 1998
8. Mayor Jenderal (MAYJEN), 2001
9. Letnan Jenderal (LETJEN), 2003
10. Jenderal, 2005

Jabatan militer
1. DANTON-I/A/121/II (1976)
2. ADC PANGDAM I/Bukit Barisan (1978)
3. ADC PANGKOSTRAD (1980)
4. DANKI-A YONIF 502 (1980)
5. KASI-2/OPS YONIF
LINUD 502 (1983)
6. KASIPAM DISPAMSANAD (1987)
7.
WAKIL KOMANDAN YONIF LINUD-328/Kostrad (1988)
8. PS. DANYONIF
LINUD-330/Kostrad (1990)
9.
KOMANDAN YONIF LINUD-330/Kostrad (1990)
10. Anggota DPR/MPR RI (1992)
11. ASSOSPOLDAM JAYA (1995)
12.
KOMANDAN KOREM 072/Pamungkas (1997)
13. WAASSOSPOL KASSOSPOL ABRI (1998)
14. WAASSOSPOL KASTER ABRI (1998)
15. K
EPALA STAF KODAM IV/Diponegoro (2000)
16. PANG
LIMA DIVISI INFANTERI-2/Kostrad (2001)
17. PANGDAM XVI/Pattimura (2002)
18. PANGDAM JAYA (2003)
19. Wakil Kepala Staf TNI-AD (2003
)
20. Kepala Staf TNI-AD
(2005-2007)
21. PANGLIMA TNI (2007-2010)

Penugasan
Operasi Seroja (1976, 1981, 1988)

Bintang jasa
Dalam negeri
1. S
ATYALANCANA SEROJA
2. S
ATYALANCANA KESETIAAN XXIV TAHUN
3.
BINTANG YUDHA DHARMA PRATAMA
4.
BINTANG KARTIKA EKA PAKSI PRATAMA
5.
BINTANG YUDHA DHARMA NARARYA
6. BINTANG DHARMA
7.
BINTANG KARTIKA EKA PAKSI NARARYA
8. BINTANG BHAYANGKARA UTAMA
9. BINTANG KATIKA EKA PAKSI UTAMA
Luar negeri
1. PINGAT JASA GEMILANG (SINGAPURA)
2. SWA BHUWANA PAKSA UTAMA
3. JALASENA UTAMA
4. THE KNIGHT GRAND CROSS OF THE MOST NOBLE ORDER OF THE CROWN OF THAILAND, DISTINGUISHED SERVICE ORDER (THAILAND)
5.DARJAH PADUKA KEBERANIAN LAILA TERBILANG YANG AMAT GEMILANG DARJAH PERTAMA (BRUNEI)
6.PAHLAWAN GAGAH ANGKATAN TENTERA (MALAYSIA)

Organisasi
1. Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Indonesia/PBSI (Desember 2012)
2. Ketua Umum Dewan Penasehat PBSI (2012 – 2016)
3. Anggota Dewan Pengarah Lemhanas RI
4. Anggota Dewan Penyantun Universitas Presiden
5. Ketua Dewan Pembina Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia/IPHI
6. Ketua Dewan Pembina Forum Sekretaris Desa Indonesia (Forsekdesi)
7. Lembaga Insan Indonesia Sejahtera (LIIS)
8. Ketua Dewan Penasehat Pandu Petani Indonesia (PATANI)
9. Federasi Pekerja Informal Indonesia
10. Pendiri, Penasehat serta Pembina Strategic Study Center sebagai Keluarga
11. Ketua Dewan Pembina Gerakan Indonesia ASA (Adil, Sejahtera, Aman)

Riwayat Hidup Singkat
Sebagian kalangan menilai bahwa Djoko Santoso adalah figur seorang jenderal yang cenderung perfeksionis. Mungkin ini ada benarnya, terlihat dari penampilan dan kepimpinannya yang sedikit hati-hati, kalem, low profile, bersahaja tapi tegas dan menginginkan segalanya berjalan sesempurna mungkin. Selain itu, perwira tinggi kebapakan ini juga luwes dalam pergaulan sehari-hari. Setelah menempati berbagai pos kepimpinan di tubuh TNI, dia kemudian dipercaya menjadi Kasad yang diembannya sejak awal tahun 2005 hingga sekarang.

Jenderal TNI Djoko Santoso, lahir di Solo, Jawa Tengah, 8 September 1952. Lulusan Akabri (1975) ini berpengalaman di lingkungan intelijen negara yang memang secara karakter tidak boleh high profile. Alumni Seskoad (1990) ini lebih banyak bertugas di lingkungan direktorat dan intelijen strategis pertahanan luar negeri. Sehingga eksposenya sangat minim.

Sejak menjabat Kasdam IV/Diponegoro (2000), suami dari Angky Retno Yudianti, ini dipercaya menjabat Waassospol Kaster TNI (1998). Kemudian, menjabat Pangdivif 2 Kostrad (2001). Lalu menjabat Pangdam XVI/Pattimura dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) 2002-2003 dan diteruskan menjadi Panglima Kodam (Pangdam) Jaya, Mei - Oktober 2003.

Karakter penugasan sarjana (S1) FISIP (1994) dan S2 Manajemen (2000) ini kembali menuntut sikap low profile saat dipercaya menjabat Wakil Kepala Staf TNI AD 2003-2005. Tugas seorang Wakasad adalah berada di belakang layar sebagai penyedia semua kebutuhan-kebutuhan opersional dari KASAD. Kemudian pada tanggal 18 Februari 2005, Ia dilantik menjadi KSAD, menggantikan Ryamizard Ryacudu.

Sebelum dilantik, KSAD Jenderal Djoko Santoso diusulkan menjabat Panglima TNI menggantikan Marsekal Djoko Suyanto. Usulan itu tertuang dalam Surat Presiden SBY No.65 yang diajukan ke pimpinan DPR. Surat itu diterima oleh Ketua DPR.

Selanjutnya, surat presiden itu dibacakan di rapat paripurna DPR. Badan Musyawarah DPR menugaskan Komisi I yang membidangi masalah pertahanan untuk melakukan uji kelayakan dan kepatutan. Kemudian dalam sidang paripurna DPR menyetujui calon yang diajukan Presiden untuk dilantik sebagai Panglima TNI.

Jenderal Djoko Santoso dikenal dekat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bagi kalangan HAM, Djoko Santoso juga praktis tidak tercela. Dia diyakini tidak terkait dengan masalah-masalah pelanggaran HAM besar seperti tragedi Mei, Semanggi dan Timor-Timor yang hingga sekarang masih menjadi misteri di negeri ini. Djoko Santoso juga tidak ada kaitan dengan masalah bisnis, perusahaan dan yayasan TNI yang sering menimbulkan persoalan nasional.

Ayah dua orang anak (Andika Pandu dan Ardya Pratiwi Setyawati) ini dilantik menjadi Wakil Kepala Staf TNI AD (Wakasad) menggantikan Letjen TNI Darsono, Msc yang memasuki masa pensiun pada 31 Oktober 2003. Jabatan Pangdam Jaya yang ditinggalkannya diisi oleh Mayjen TNI Agustadi SP, yang sebelumnya menjabat Pangdam XVI/Pattimura.

Promosi ini tertuang dalam Surat Keputusan Panglima TNI Jenderal TNI Endriartono Sutarto tanggal 24 Oktober 2003. Dalam surat keputusan itu sekaligus terjadi perubahan jabatan atas 120 Perwira Tinggi dan Perwira Menengah di lingkungan Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas), Departemen Pertahanan, Fraksi TNI/POLRI DPR RI, Dewan Pertahanan Nasional, Mabes TNI, Mabes TNI AD, Mabes TNI AL dan Mabes TNI AU.

Di antaranya Jenderal TNI Tyasno Sudarto pensiun dari pos terakhirnya sebagai Perwira Tinggi di Mabes TNI, Komando Sekolah Komando TNI Letjen Djadja Suparman, SIP dimutasi jadi Inspektur Jenderal TNI (Irjen TNI). Mayjen Mahidin Simbolon menjadi Inspektur Jenderal TNI AD (Irjenad).

Pangdam II/Sriwijaya Mayjen Sunarso menjadi Pangdam IV/Diponegoro. Kasdam II/Sriwijaya Brigjen Syahrial BPP dipromosikan menjadi Pangdam II/Sriwijaya. Kepala Staf Divisi I Kostrad Brigjen Bambang Suranto mengisi Pos Kasdam II/Sriwijaya yang ditinggalkan Brigjen Syahrial BPP.

Dalam suatu upacara militer di Makodam Jaya, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu melantik Mayjen Djoko Santoso sebagai Pangdam Jaya menggantikan Mayjen A Yahya.

Pelantikan Pangdam Jaya itu dihadiri para mantan Pangdam Jaya, seperti Try Sutrisno, Surjadi Soedirdja, Wiranto, Sutiyoso, dan Djadja Suparman. Juga dihadiri mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto di samping para perwira teras TNI AD lainnya.

Kiprah alumni Akademi Militer (1975) ini sebelumya memang tidak banyak terdengar. Maklum, hal itu disebabkan oleh penugasannya yang lebih banyak berhubungan dengan masalah intelijen yang memang dituntut untuk berkarakter pendiam dan jarang sekali diekspos. Namanya kemudian mulai berkibar setelah menjabat Pangdam XVI/Pattimura, sekaligus Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) 2002-2003 yang berhasil gemilang meredang konflik di Maluku menggantikan pejabat lama Brigjen Moestopo. Pengangkatannya menjadi Pangdam XVI/Pattimura tertuang dalam Surat Keputusan Panglima TNI No 388/V/2002 tertanggal 27 Mei 2002.

Komando Pengendalian Koopslihkam di Maluku itu langsung di bawah Penguasa Darurat Sipil (PDS) Maluku ketika itu. Dia bertanggung jawab kepada PDS Maluku. Tugas utama Kodam Pattimura ketika itu adalah untuk membantu menyelesaikan konflik. Pembentukan Koopslihkam yang dipimpin Pangdam XVI/Pattimura itu membawahi Satgas Keamanan dan Satgas Penegakan Hukum yang terdiri dari TNI dan Polri.

Sebagai Pangdam XVI/Pattimura dan Pangkoopslihkam, dia dinilai menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, sehingga dia mendapat promosi menjadi Pangdam Jaya. Dia digantikan Mayjen TNI Agustadi SP, yang kemudian menggantikannya pula menjabat Pangdam Jaya Maret – Oktober 2003.

Djoko Santoso adalah lulusan Akabri 1975, teman seangkatan Pangdam VII/Wirabuana Mayjen Amirul Isnaeni (akan dimutasi menjadi Pangdam IV/Diponegoro) dan Brigjen Hartono Suratman (Wakapuspen TNI). Saat ini, Mayjen Djoko Santoso masih menjabat Pangdam XVI/Pattimura, dan penggantiannya adalah Mayjen Agustadi.

Sedangkan Mayjen A Yahya akan ditarik ke Mabes TNI AD sebagai Irjen TNI AD. Jabatan strategis lainnya adalah Kasdam Jaya dan Kordinator Staf Ahli KSAD. Kordinator Staf Ahli KSAD Tyasno Sudarto menjadi Pangdam VII/Wirabuana.

Satu-satunya tokoh TNI AD yang menjadi Wakasad dan Kasad pada urutan yang sama adalah Jenderal Djoko Santoso. Perwira yang dibesarkan di intelijen negara ini menjabat sebagai Wakasad ke-24 menggantikan pendahulunya, Letjen Darsono, MSC yang memasuki masa pensiun pada 31 Oktober 2003. Selanjutnya, ayah dari dua anak ini diangkat menjadi Kasad ke-24 menggantikan Jenderal Ryamizard Ryacudu pada 18 Februari 2005.

Suami dari Angky Retno Yudianti ini terlahir dengan nama Djoko Santoso dari keluarga guru di Solo (Jawa Tengah), 8 September 1952. Lahir sebagai anak pertama dari 9 orang bersaudara memaksa Djoko Santoso harus melewati masa kecil dengan hidup penuh keprihatinan. Ditambah lagi dengan kondisi keuangan orang tuanya yang hanya mengandalkan gaji almarhum ayah sebagai seorang guru SMA. Dapat dibayangkan, betapa keseharian Djoko Santoso kecil bukanlah sebuah masa kanak-kanak yang menggembirakan, tapi penuh kesulitan. Namun, kondisi itu justru telah memberikan pelajaran hidup terbaik bagi Sang Jenderal untuk menempa dirinya sebagai pejuang. Kerja keras dan belajar sungguh-sungguh adalah bagian dari cerita perjuangan hidupnya dari kecil hingga saat ini. Tidak ada suatu masa pun yang dilewati dengan hanya bersantai-santai, apalagi berhura-hura.

Saat ini, Jenderal penerima tanda penghargaan Pingat Jasa Gemilang dari Singapura itu telah menjalankan tugasnya di tampuk kepemimpinan TNI AD selama lebih dari 2,5 tahun. Mengemban tugas memimpin institusi TNI AD di masa reformasi ini cukup sulit, menahkodai sebuah organisasi yang sedang mereformasi diri dan mengarahkan perannya kepada TNI yang profesional, pengemban tugas menjaga kedaulatan negara dan keutuhan bangsa Indonesia, lepas dari kehidupan dunia politik. Sampai pada titik ini,  Djoko Santoso yang juga penyandang gelar Master dari Pasca-sarjana S-2 Manajemen ini dinilai berhasil, baik dalam karir militer maupun dalam kepemimpinannya sebagai KASAD.

SUMBER:
http://djokosantoso.info
http://www.tokohindonesia.com
http://id.wikipedia.org